When I was browsing for the Aurora Borealis phenomena in Murmanks region, I found this site. No matter what, I will find the best date when the activeness is frequent and it’s seen clearly on the sky. Three weeks ago, it’s said that it would be on the sky by end of January. So we were planning to go there on the 27th. We will take train and the journey takes approximately about 39 hours from Moscow. But today, my friend told me that the schedule was changed. The activeness calender was withdrawn due to the weather. Meaning that if we proceed to go on the date, we can’t see anything over there.

So, I kept browsing for more info. But suddenly, I found this site. Oh My God! This is truly Russia. This is the hidden military territory which people were talking about when I first arrived here. I thought it was a mere story. Or a tale. And I never had any intention to know more about this. My father once asked me to explore this side of activity. About their technology and the world’s acceptance towards their products. He wanted to know about it after telling him about my visit to Victory Park long time ago (where I witnessed submarines, tanks and many more from the World War ii). But still, I didn’t put much interest to dig out more about it. Unless if I were a boy, I think I would have explored all War Museums in Moscow, visited the Submarines Museum and been to the Aerospace Museum. But I didn’t.

The info I read in the site did suprise me. My mind started to imagine how was the place built by people when we know that it is located far in the northen area, isolated from concrete sources to develop the small town. What happened to the abandoned ships and submarines and are they going to leave them there, sink silently into the sea? And the existance of the nuclear fuel is really surprising. I thought it’s only in Chernobyl (and they are setting up another one in Belarus and soon to complete). This fact does open my eyes about Russia.

Let’s do the Math. How stupid I am to know about this little KNOWN fact about Russia only after 5 years and the half stranded in this country. Poor me. Poor me.

My dear Kaklong,

Mukah is about 3 hours drive away from Sibu. It is located right in the middle between Sibu and Bintulu. So no worries. You may come back home easily since domestic airports are around. In the northen part of Mukah, you may go swimming in the South China Sea. Hence, most of the Mukah people live up their lives as fishermen, selling ‘umai’ and other fish or prawn based products. Have you ever tried birdnest? Oh, you never tasted it, right? Later in Mukah, you may try it, dear. Birdnesting is one of their very few economic activities. The other thing is Sago. Still remember the TV program we watched 16 years ago on TV Pendidikan about Sago production? Yeah. They used legs to produce them. Hehe. Ok. Kidding. That was 16 years ago. Nowadays, they use modern technologies to produce them until the packaging is done.

Most of the residents are Melanau. They are Muslims and have their own Melanau tongue. Therefore, I strongly suggest you to learn their language to easily marry a Melanau guy ease your days in Mukah. One more thing about the people, they are courteous and a smile is never really far from the surface.

Oh, not to forget, there’s a nice pier in Mukah where fishermen come and go in the morning and evening. It is located right in front of the Mukah Market. I think, you can repolish your past time activity that you left long ago, hang out at pier or jetty (I suggest you to read this entry again. Huhu).

I hope you will survive in Mukah. Don’t worry. I will surely pay you a visit. I’ve never been there yet. So I hope, you will expect my arrival around July, alright? I am almost 95% sure that you won’t be sent to some rural areas in Mukah. According to the information given by my trusted friends, such places in Mukah are approachable easily by 4-wheel drives. Thus, I consider that they are not that rural anymore since no boats or JKR ferry are needed. So, please give me a big smile when I come to your place, ok? Oh, I hope you are not going to put high expectation about Mukah. Everything is possible. Just remember what ayah had told us: He always knows how to put things in proper place. Perhaps, you are just one great human being to have this great opportunity to be sent in such place. Hey, after all, Mukah isn’t that bad, no?

I hope that you feel relief reading my lines here. In fact, the title tells everything already. Come what may, I know you will survive, Kaklong =)

Note: I spent most of my time on the bed. Even I prayed on the bed too.

Recently I’m addicted to Yuna, a girl performer so called an indie back in Malaysia. She’s multi talented young performer. She plays guitar, keyboard and she composes her own songs and lyrics. Not to forget, she wears a proper scarf.

Be it real or not, I started listening to her performances since December 2007 in Youtube. Every month, I get her recent update through her Myspace and I also tune to Imeem to listen to her songs uploaded by some other fans.

Early this morning, I read my brother’s blog. Hoho. He’s addicted to Yuna too! He’s lucky enough to be in KL. By now, I think he already owns a CD of her. As what Nan mentioned, be original and get original. Huhu. But I just rip from him =p Last time when he bought the Estrella album, I got everything for free too. Ngeehee.

She’s different and dares to make something different. Yuna is simply awesome. Nah. Let’s listen to her collection. This is just half of her EP.

Di penghujung tahun empat dulu, saya merujuk kepada Abang Khairil berkaitan permasalahan Paediatric. Saya memberikan beberapa pembayang tentang masalah yang sedang saya fikirkan. Ketika itu, saya masih belum melalui cycle Paediatric jadi saya tidak mempunyai cukup info untuk membuat diagnosis tentang masalah itu. Alang-alang saya ada abang saya yang seorang ini, saya bertanyalah macam-macam padanya. Tapi masih juga tidak dapat membuat kesimpulan penuh tentang masalah itu.

Sebenarnya, ketika saya merujuk kes itu kepadanya, saya tidak menyebut secara jelas, siapakah orang yang dimaksudkan itu, keadaan dia dilahirkan dan beberapa maklumat lain. Tahun lalu, ketika mengikuti cycle Paediatric, saya sangat memberi tumpuan akan subjek ini kerana saya ada misi peribadi yang hendak dipenuhi. Terutamanya ketika semester musim bunga, ketika memilih projek untuk dibentangkan, saya membuat kajian penuh tentang Cerebral Palsy (CP) atau turut disebut sebagai Hypoxic-Ischemic Encephalopathy (HIE).

Saya ada sebab kenapa memilih tajuk ini yang susah dan memerlukan kajian yang meluas. Di dalam buku-buku atau mana-mana literatura rujukan, terminologi yang digunakan adalah berbeza-beza. Tapi saya tetap mahu mengetahui dengan lebih banyak juga. Akhirnya, saya pun membentangkan kes ini di kelas.

Baru-baru ini, emak ada menghantar mesej bertanyakan tentang satu sindrom yang dikhuatirinya ada pada seseorang. Saya menerangkan pada emak, mungkin emak tersilap kerana sindrom itu tidak ada. Jadi, pada petang Sabtu dua minggu lalu, saya menelefon emak hendak mendapatkan penjelasan yang lebih daripada emak tentang perkara yang dikhuatirinya itu. Saya menerangkan dan menenangkan emak, sesungguhnya tiada kematian boleh terjadi dalam hal yang sebegini. Dalam tenang suara emak, emak tetap menyebut perkataan ’emak redha kalau Allah nak ambil nyawa dia satu hari nanti’. Ibu mana yang tidak sedih bila menyebut ayat itu. Sedangkan saya yang mendengar pun sudah mula rasa pedih tekak yang menjadi perlambangan kesebakan yang amat sangat.

Sebenarnya, apa yang menjadi tajuk perbualan kami adalah berkaitan adik saya, Azizi. Berumur 13 tahun. Saya seorang yang jenis akan berfikir dengan sedalam-dalamnya tentang apa yang dipelajari dan akan mengaitkan dengan perkara-perkara yang berlaku dalam kehidupan. Dulu, sejak sebelum menjadi pelajar perubatan, saya selalu terfikir-fikir, apa masalah sebenar adik saya ini. Dia kecil saja orangnya. Sudah banyak kali dia dirujuk ke pakar kanak-kanak dan endocrinologist tetapi keputusannya semua normal.

Tetapi pulang ke Malaysia dua tahun lalu, saya mendapat tahu keputusan CT scan otaknya menunjukkan saiz cerebrum-nya sedikit kecil. Waktu itu, saya tidak mendapat penjelasan lanjut daripada doktor itu yang acuh tidak acuh melayan soalan-soalan daripada saya. Ada sekali tu, saya yang menemankan Azizi ketika dia ada temujanji bersama pakar di hospital. Alang-alang saya ada, jadi saya diberi kepercayaan oleh emak dan ayah untuk mendengar penjelasan daripada doktor itu. Tapi lain pula jadinya. Doktor itu seperti berdalih itu ini, dan akhirnya, tanpa satu penerangan yang memuaskan hati, dia ‘menolak’ adik saya ini untuk temujanji seterusnya di Putrajaya pula.

Saya geram waktu itu. Saya minta dia terangkan tentang beberapa perkara yang bermain di kepala saya sewaktu itu. Apabila saya bertanyakan tentang perkara-perkara yang berkaitan dengan medikal, dia seperti keberatan untuk menjelaskan dengan sepenuhnya. Saya dapat rasa, dia menganggap bahawa saya ini pasti tidak faham kalau dia menerangkan semuanya sekalipun. Kerana bagi dia, saya ini mungkin entah orang mana-mana entah yang datang sekadar menemani adik. Baginya, jika diterangkan semuanya, saya mesti tidak faham juga. Maklum sajalah. Saya berbaju kurung biasa, sandal biasa, tidak bergaya langsung, tidak nampak berilmu pun ketika itu. Lalu dilayannya saya ala kadar saja. Inilah etika kedoktoran yang sangat salah. Tetapi disebabkan doktor itulah, saya sangat mengambil berat akan subjek Paediatric pada tahun lalu. Sebab saya perlukan sesuatu untuk input peribadi saya dan keluarga.

Lalu ketika berbual dengan emak dua minggu lalu, saya menerangkan kepada emak tentang permasalah Azizi. Bagi saya, Azizi tidak mempunyai segala simtom mahupun sindrom yang diterangkan oleh emak. Insya Allah hayat Azizi panjang dan keadaannya sekarang sedikit pun tidak membahayakan. Saya memberitahu emak, pada hemat saya, sewaktu Azizi dilahirkan dulu, dia berkemungkinan besar mengalami HIE kerana dia tidak cukup bulan (premature) ketika dilahirkan dan disebabkan itu dia ada CP yang tidak serius. Hanya minor saja. Emak menyampuk. Kata emak, menurut pakar, itulah yang disebutnya: Minor CP.

Nah. Tepat diagnosis saya. Disebabkan itu saiz cerebrum-nya sedikit kacil daripada normal dan menyebabkan dia mempunyai masalah dengan kaki kirinya dan pertumbuhannya agak lambat. Adik saya ini kecil orangnya. Dia sudah tingkatan 1 (hendak masuk tingkatan 2) tapi ketinggiannya hanya seperti pelajar tahun 5. Tapi dari segi intelektual dan segala fungsi otak yang lain adalah normal. Malah, level hormon pembesarannya juga normal yang berkadaran dengan saiznya sekarang. Erti kata lainnya, tiada apa yang perlu dibimbangkan melainkan fisioterapi yang perlu dilakukan berterusan untuk kakinya itu. Dulu pernah dicadangkan untuk dibuat pembedahan pada kakinya itu tetapi saiz Azizi terlalu kecil ketika itu dan emak ayah agak keberatan. Berkat berdoa di depan Kaabah, sebaik ayah pulang daripada mengerjakan haji, Azizi yang ketika itu sudah hampir berumur 3 tahun (kan emak kan?) sudah pun boleh berlari menyambut kepulangan ayah.

Entah kenapa, tadi saya menelefon emak bertanyakan tentang Azizi lagi. Azizi memang menjadi subjek saya dalam segala hal yang berkaitan dengan bidang saya ini. Saya sangat berminat untuk mengetahui kenapa begitu, kenapa begini, sebab apa terjadi dan lain-lain. Menurut emak, Azizi dilahirkan tidak cukup bulan (premature) ketika kandungan berusia 35 minggu. Beratnya 2.5 kg. Apa yang menyebabkan dia mengalami HIE adalah kerana posisinya ketika dilahirkan ialah songsang. Breech presentation (buttock position). Aduh. Ngeri bila dibayangkan. Sebenarnya, ini adalah salah satu indikasi untuk menjalani Caesarean section. Sudahlah lahir premature, breech presentation pula. Bayi adalah berisiko tinggi mengalami HIE. Bagi kes Chronic HIE yang membawa kepada Major CP, kesannya jelas dan meninggalkan kesan sepanjang hidup kepada bayi itu. Alhamdulillah. Azizi kuat orangnya ketika dilahirkan. Dia tahu dia perlu berjuang untuk terus hidup demi emak dan ayah. Dia sumber kekuatan kami semua ketika itu.

Dengan berada di dalam bidang ini, saya dapat menjawab persoalan yang selama ini menjadi tanda tanya kepada keluarga saya. Pakar-pakar yang kami temui tidak pernah menerangkan dengan jelas. Saya tidak faham mengapa begini keadaannya. Yang paling saya terkilan, sikap acuh tak acuh doktor yang melayan saya ketika temujanji Azizi dulu. Diskriminasi sifat. Saya mungkin nampak tidak berpelajaran atau apa sajalah ketika itu dengan penampilan saya yang nampak biasa-biasa saja, tapi etika seorang doktor ialah menerangkan kepada pesakitnya atau ahli keluarganya dengan sejelasnya tentang penyakit yang sedang dihadapi dan dari situ, pesakit dan ahli keluarganya menerima pendidikan kesihatan dan info yang jelas.

Segala syukur saya panjatkan kepada Allah kerana Kesayanganku Azizi kini sihat walafiat dan cerdas dalam kehidupannya. Mungkin dia hilang nikmat bermain bola, menunggang basikal dan berlari laju di dunia ini, tapi saya yakin Allah akan pulangkan nikmat yang lebih besar untuknya di syurga nanti. Benar kata orang tua-tua. Budak yang lahir songsang selalunya pandai mengurut. Ternyata jari jemari Azizi sangat sedap ketika megurut. Dia selalu mengurutkan kaki saya yang selalu sakit. Di sebalik setiap kekurangan, Allah adil dengan menganugerahkan kelebihan.

Azizi, lagu Albi Nadak ni Ngah kasi untuk awak ye. Mulut jangan homeh sangat. Stay macho jadi Mr. Kura-kura yang comel bila pakai cermin mata tu. Hehe.

Nota: Tahniah buat Kak Lina dan Abang Nuar atas kelahiran anak kedua mereka pada 5 Disember lalu. Saya yakin, Fahry juga akan kuat seperti Azizi. Fahry juga akan mendapat kembali nikmat kakinya di syurga nanti, insya Allah.

Amaran: Jangan klik link berwarna merah jika gerun untuk melihat gambar-gambar berbentuk medikal yang menggelikan.

Saya sedang menjalani cycle Tropical Disease. Setiap kali di hospital, saya dihadapkan dengan masalah jangkitan parasit yang berbentuk endemik dan epidemik. Secara ringkas, saya boleh simpulkan bahawa kebanyakan penyakit ini berlaku di kawasan pedalaman, negara-negara mundur dan di kalangan kumpulan masyarakat yang rendah kualiti hidupnya. Kebanyakan daripada kawasan-kawasan target penyakit-penyakit ini mempunyai kriteria yang sama. Rendah taraf kebersihannya, tiada sumber air bersih (atau terhad), terpisah jauh daripada kemudahan asas dan rendah tahap pendidikan serta taraf ekonomi keluarga.

Sejak mengikuti cycle ini, baru saya tahu kewujudan Republic of Benin di Afrika Selatan. Saya tidak pernah mendengar nama Benin sebelum ini. Tidak tahu bagaimana untuk saya katakan tetapi republik kecil itu hampir 100% terdedah kepada ancaman Malaria yang bersifat malar (berterusan) dan juga beberapa jenis penyakit berbahaya yang lain. Salah satunya ialah Buruli Ulcer. Hampir 80% kanak-kanak di Benin terdedah kepada bahaya jangkitan ini. Tidak dilupakan ialah risiko Miasis dan Tropical Ulcer. Jika di Brazil yang selama ini kita hanya melihat dan mendengar dari sudut yang baik-baik belaka tentang mereka, sebenarnya kita hampir terlupa dengan suku kaum asli mereka (digelar Indians dalam bahasa natif mereka) yang tinggal jauh di pedalaman hutan dan hanya bersumberkan air paya yang keruh sebagai sumber minuman harian. Kehidupan mereka tidak ubah seperti di Benin juga. Terdedah kepada risiko Malaria yang tinggi dan pelbagai jangkitan merbahaya yang bersifat endemik (lokal).

Di Benin dan India, masyarakatnya tinggal di celahan sampah-sarap. Sehinggakan, sumber makanan juga datangnya daripada sampah yang dikutip. Yang menjadi mangsa jangkitan penyakit merbahaya ialah anak-anak kecil. Kadar kelahiran di negara-negara tersebut sangat tinggi tetapi ekonomi keluarga dan algorism pembangunan keluarga tidak berada pada tahap yang memuaskan. Maka, ada satu persoalan yang ditinggalkan kepada kami untuk berfikir. Bagaimanakah untuk mengajarkan tentang perancangan keluarga kepada para ibu di sana dalam usaha untuk mengurangkan kadar kematian di kalangan kanak-kanak? Untuk pengetahun, kadar kematian disebabkan oleh Malaria ialah 1 juta kanak-kanak setahun iaitu kira-kira 2 orang setiap minit. Tetapi, pemikiran konservatif masyarakat menolak saranan ini tanpa ada perubahan dari cara hidup yang lain. Sekiranya mereka mengubah cara hidup kepada menjadi lebih menjaga kebersihan dan lain-lain, berkemungkinan jugalah untuk mereka menolak saranan ini. Sayangnya, ibu mengandung yang dijangkiti Malaria juga tidak mahu mendapatkan rawatan lengkap sehinggakan anak yang lahir adalah cacat.

Saya cuba melihat skop ini di negara kita. Sebenarnya, negara kita di bawah kategori negara berisiko tinggi untuk segala jenis penyakit berjangkit tropikal ini. Termasuklah Malaria dan 1001 jenis jangkitan yang lain. Suhu yang sesuai dan tahap sosio-ekonomi kita yang berkadar 50-50. Cuba lihat masyarakat kita. Sebenarnya kita hanya bernasib sedikit baik saja berbanding warganegara Benin, India, Vietnam dan penduduk natif Brazil. Di negara kita juga ada orang yang tinggal di celahan sampah-sarap. Kita juga ada Orang Asli yang tinggal di pedalaman hutan (yang moden di tepi jalanlah tapi masih lagi berdekatan dengan hutan). Masih ada lagi kampung-kampung (seperti di pedalaman Sabah dan Sarawak) yang tidak mendapat bekalan air bersih. Jadi, situasinya juga sama. Saya masih ingat sewaktu pulang bercuti dulu ketika mengikuti program Homestay Orang Asli di Perak. Ketika sesi ziarah ke rumah penduduk-penduduk kampung, sebagai pelajar tahun 5, saya diberi kepercayaan untuk memeriksa beberapa orang kanak-kanak Orang Asli yang dipercayai dijangkiti virus. Juga ketika sesi Klinik Masyarakat, saya bertanggung jawab untuk menerangkan tentang penyakit-penyakit berjangkit yang utama kepada mereka. Kudis buta (scabies) tak usah ceritalah. Hampir kesemuanya ada.

Jadi, di kesempatan ini saya ingin mengajak semua berfikir sejenak. Bagi kanak-kanak yang lahir di negara-negara terbabit, dalam masyarakat yang terlibat atau sebagai suku kaum asli yang tertentu, mereka tidak sekali-kali menginginkan semua itu terjadi. Sudah takdir mereka dilahirkan begitu, dalam situasi itu dan sebagai kaum itu.. Jadi, bagi kita yang bernasib baik ini, dilengkapi dengan nikmat Islam dan Iman yang turun sebagai warisan daripada ibu bapa kita, kita patut lebih bersyukur dengan kehidupan kita. Sebagai langkah berjaga-jaga tentang masalah penyakit berjangkit tropikal yang merbahaya ini, saya menyarankan agar kamu semua menjaga kebersihan halaman rumah. Juga sumber air untuk makan dan minum. Mungkin bagi kita yang dewasa, sistem ketahanan badan kita lebih kuat tapi bagi anak-anak dan adik-adik kita, sistem mereka masih lemah dan terdedah kepada bahaya penyakit. Ini dua langkah yang utama. Kebersihan tempat tinggal dan makan-minum. Jika perlu, bagi yang tinggal di kawasan yang bernyamuk, penggunaan kelambu, ubat nyamuk dan kaedah-kaedah yang lain sangat penting.

Tiba-tiba saya teringat video yang saya lihat mengenai Malaria di Vietnam. Seorang doktor itu terpaksa menaiki motor kapcai buruk untuk sampai ke sebuah kampung yang sungguh jauh di pedalaman. Naik bersama seorang jururawat. Dan untuk pulang, menjadi tiga orang di atas motor, termasuk seorang penduduk kampung yang perlu dibawa ke hospital dengan kadar yang segera. Oh. Bagaimanalah saya nanti. Saya perlu merempit di dalam hutan nampak gayanya. Satu lagi kisah, ketika seorang doktor di Brazil melawat masyarakat Orang Aslinya itu. Ketika masuk ke kawasan hutan itu, sebaik sampai di sana, dia perlu menari bersama-sama masyarakat itu untuk mengambil hati mereka. Tapi ketika saya ke Perak dulu, tiadalah pula saya perlu bersewang rambu-ramba bersama masyarakat Orang Asli di sana. Yang saya ingat, saya hanya bertukar menjadi separa asli kerana bahasa harian saya berubah menjadi:

Nama shaya Shiti Sharah Binti Mohd Shukor. Shaya shihat-shihat shaja hari ini. Shaya harap kamu shemua juga shihat-shihat shaja. Kamu shemua jangan lupa buang shampah di tempat yang shepatutnya ya =)